Pukul 11 malam, ketika semua Seminaris seharusnya sudah masuk ke dormit yang sebelumnya diawali dengan bunyi lonceng, Saya, Jambee, dan Choky malah bergegas menuju Ruang Ganti. Ruang Ganti kami tepat bersebelahan dengan Ruang Komputer yang dimana di dalam Ruang Komputer tersebut tersimpan beberapa kardus mie yang disumbangkan oleh Donatur. Ruang Ganti dan Ruang Komputer dipisahkan oleh tebalnya tembok dan dengan sekat-sekat kawat di atasnya. Meski dibatasi oleh tembok yang tebal, akan tetapi ada sekat kawat di atas yang sudah agak rusak, maklumlah mungkin dari zaman dulu belum pernah ada renovasi. Ruang Ganti akan dikunci bila sudah mau jam tidur oleh Seksi Perlengkapan.
Beberapa jam sebelumnya…
Rencana jahat itu muncul tiba-tiba. Saya menghampiri Jambee dan membisikan sesuatu
“mbee, mie tuh di Ruang Komputer, daripada nganggur ga dimakan-makan dan dihabisi oleh waktu kaduluwarsa, gimana kalo kita aja yang embat?” Pikiran Jambee pun tidak berbeda jauh denganku, “Hayuk, tapi gimana caranya?”, “Gampang, seruku!, kita minta bantuan Choky saja…”
Kami pun menghampiri Choky yang notebene adalah sang pemegang kunci Ruang Ganti, “Chok, mau makan mie ga ntar malam?” Choky yang sudah bosan teracuni Sate (baca Sayur Tempe) racikan khas mbok Darmie menjawab “Ya mau ajalah, mang mie darimana?”, “Hm, begini rencananya.. Ntar malam gw dan Jambee masuk ke Ruang Ganti dan elu kunciin aja gw berdua dari luar. Terus elu balik lagi sekitar setengah jam untuk ngebukain lagi pintu Kamar ganti, ntar kalo ada staff bilang aja elu mau ambil sesuatu”, “beres..” seru Choky. Dan Kamipun mengakhiri konspirasi jahat itu sambil menunggu malam tiba.
Pukul sebelas malam, bunyi lonceng membahana di seluruh Seminari. Suara khasnya adalah teng pendek yang diikuti teng pendek lainnya sebanyak 3 kali. “Sudah saatnya.!” seruku. Saya, Jambee, dan Choky bergegas ke Ruang Ganti. Sesuai rencana, Choky mengunci saya dan Jambee di Ruang Ganti. Jambee yang mempunyai loncatan mirip Harimau bertugas untuk mengambil mie di Ruang Komputer dan saya berjaga-jaga. Dengan sigap dia memanjat lemari dan membuka sekat kawat dan menghilang. “mbee, mie goreng yah..” bisikku, “iye tau” sedikit berteriak. Tak lama kemudian sekardus mie dia lemparkan terdahulu dan dengan cepatnya saya mengambilnya. Setelah saya mengambilnya, Jambee sudah beraada di atas lemari dan sekali loncatan dia sudah berada di bawah. Ckckck, memang hebat dia, lemari yang mempunyai ketinggian kira-kira 2 meter diloncati begitu saja.
Untuk menghilangkan jejak, kardus mie itu kami buang sedangkan isinya kami sembunyikan di dalam lemari kami masing-masing. Sekitar setengah jam kemudian, Choky datang dan membukakan pintu. Kami pun membawa beberapa mie untuk kami masak di Dormit*. Beberapa hari kemudian, saya melihat bahwa sekat di Ruang Ganti yang menghubungkan dengan Ruang Komputer telah diperbaiki. Mungkin para staff sudah menyadari jikalau mie yang mereka taruh sudah berkurang satu Dus. Tapi sia-sia juga jika mereka ingin mencari siapa pelaku yang mengambil sekardus mie tersebut. Karena mie itu telah habis kami makan.
*Dormit = Kamar Tidur
Leave A Comment