Ciremai 6 tahun yang lalu

Singkat cerita,  kami (Beny, Noel, dan gw)  sudah sampai Pos Pengasinan (2.860 m dpl) sekitar setengah jam lagi ke Puncak dan kami memutuskan untuk tidak ke Puncak saat itu karena hari sudah menunjukan pukul 18.00 wib.

Seperti biasa kami tidak membawa tenda (males amat seh bawa tenda! Tolong jangan ikuti kebiasaan kami) dan hanya Sdr. Noel yang membawa sleeping bag. Dapat dipastikan malam itu menjadi malam yang sangat panjang dan dingin. Sementara Sdr. Noel dapat tertidur dengan pulas, hanya saya dan Sdr. Beny yang menggigil kedinginan. Saya pun terpaksa harus tidur berpelukan dengan Sdr. Beny untuk menghindari hipotermia.

Pukul 05 pagi, kami dikejutkan dengan kedatangan dua orang pendaki yang berteriak – teriak. Kami pun menyapa mereka”Bang mau ke puncak ya?, bareng ya!” Karena tidak ingin tidur lagi ditambah kami kurang tahu jalur mana yang dilewati menuju ke puncak, maka kami pun bergabung dengan mereka. Mereka mengaku dari Cirebon. Sampai di puncak hari masih gelap dan pendaki Cirebon tersebut membuat api unggun sambil membakar buah berduri seperti rambutan yang banyak kami temukan di sepanjang perjalanan tadi. Ternyata biji buah tersebut bisa dimakan.

Pukul 06.00, kami disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Perlahan mentari pagi muncul di hadapan kami dan dari atas puncak kami dapat melihat Laut Jawa. Tampak perahu – perahu yang sangat kecil bila dilihat dari atas sini. Puas menikmati pemandangan itu, kedua pendaki Cirebon mengusulkan untuk pergi ke kawah. Saya dan Beny menolak rencana tersebut mengingat saya belum sarapan dan dari semalam tidak bisa tidur karena dinginnya malam. Saya berdua dengan Beny pun kembali ke Pengasinan untuk menuntaskan rasa lapar dan lelah sedangkan Sdr. Noel ikut ke kawah.

Pukul 10.00, Sdr. Noel belum kembali. Kami pun mencemaskan mereka bertiga karena sudah 3 jam mereka belum kembali. Akhirnya pukul 11.00, Sdr Noel kembali ke pengasinan sambil membawa botol air. Ketika saya tanya, dia mengatakan mengambil air tersebut di kawah, buat jaga – jaga kalo persediaan air kami habis.

Basecamp Linggarjati
Kami sudah tiba di Basecamp Linggarjati saat sore. Saat di basecamp, Sdr. Noel menceritakan bahwa dia mengalami suatu kejadian pada waktu menuju ke kawah. Sewaktu dia akan menuruni sebuah jalan, dia melihat dua orang pendaki sedang duduk di sebuah batu. Kedua pendaki tersebut tidak memiliki ekspresi sama sekali. Dan ketika tiba giliran Noel yang akan turun, kedua pendaki tersebut sudah tidak ada. Hilang bagai ditelan Bumi. Maksud hati ingin meyapa “Bang, jalan dulu ya!” tetapi yang akan disapa sudah tidak ada. Ketika hal itu kami konfirmasi kepada petugas basecamp, memang benar kalau 3 hari yang lalu ada dua orang pendaki yang meninggal. hiii…

Ada lagi serombongan pendaki yang menanyakan kepada tugas tsb di mana dia bisa mengambil air. Petugas tersebut menjelaskan bahwa tidak ada mata air lagi selama perjalanan. Jadi kalau mau ambil air, ambil sebanyak2nya di perkampungan penduduk. Sdr. Noel yang mendengar hal tersebut langsung berteriak, “ada Bang, ambil aja di kawah!”, Langsung saja petugas itu membantah, “jangan!! terlalu bahaya!” Gile loe, anak orang bisa mati denger saran lu…”
Wakaka, dasar Noel gokil…