Cerita ini bermula ketika aq duduk di kelas III SMA. Aq yang baru saja selesai      mengikuti UAN berencana untuk pergi ke Semeru dalam mengisi waktu libur sambil menunggu pengumuman kelulusan. Jadilah kelas aq membentuk tim yang terdiri dari 6 orang (Noel, Jambee, Basil, Imink, Cho – Q, dan aq sendiri). Berangkat dari stasiun Bogor menuju ke Stasiun Pasar Senen. Dari Pasar Senen kami menuju stasiun Gubeng Surabaya. Lho Koq, ga langsung ke Malang? bukannya Semeru ada di Malang dan ada kereta yang langsung jurusan Malang? Begini ceritanya pak, Harga tarif ke Malang itu Rp. 55.000,- dan kalo Bapak ke Surabaya Rp. 36.000 dan dari Surabaya ke Malang cuma Rp. 5000,- Nah untung mana? Lumayan kan duit Rp. 11.000,- bisa buat makan.

Dari Malang, kami harus menuju ke Pasar Tumpang. Di sana sudah menunggu jeep – jeep yang akan mengantar kami menuju basecamp Ranu Pane. Di pasar Tumpang kami sempatkan dengan santap siang dan membeli dirigen air (isi 5 Ltr). Satu orang harus membawa satu dirigen atau 2 – 3 botol bekas sprite yang 1, 5 Ltr. Setelah selesai kami pun bergegas untuk menuju Ranu Pane. Pemilik Jeep sendiri menentukan harga Rp. 25.000,- /orang dengan ketentuan para penumpang diharuskan berdiri. Perjalanan ke basecamp melalui lembah – lembah yang indah kadang kala jalannya naik turun sehingga membuat perut kami serasa dikocok – kocok. Teriakan teriakan kami membuat suasana semakin seru.

Kira – kira jam 6 sore kami tiba di Ranu Pane. Sesampainya di sana, kami segera mengecek barang – barang bawaan kami. Kami pun berbincang – bincang dengan pemilik warung mengenai kondisi cuaca saat ini. Ternyata Riyani Djangkaru baru saja mendaki Semeru minggu lalu dan kami sedikit menyesal kenapa ga perginya minggu lalu aja ya..? Kami memutuskan untuk terus jalan meskipun langit sudah gelap. Tujuan kami yaitu Ranu Kumbolo.

Kami sampai di Ranu Kumbolo sekitar jam 08 malam. Perut kami terasa lapar dan udara terasa dingin sekali malam itu. Bagi – bagi tugas…! Ada yang mendirikan tenda dan sisanya memasak. Hm, terasa nikmat menyeruput kopi sambil melihat bintang – bintang. Jam 10 malam kami semua sudah masuk ke tenda karena malam semakin dingin. Tenda yang harusnya diperuntukkan 4 orang, dijejali oleh 6 orang ditambah dengan cariel terasa sesak, kaki di kepala temen yang lain tapi setidaknya lebih hangat karena tidur kami berdempetan. Pukul 2 kami dikejutkan dengan basahnya tenda kami. Ternyata turun hujan..!

(to be continued..)